Ikan Bandeng (Chanos chanos) adalah ikan pangan populer di Asia Tenggara. Ikan ini merupakan satu-satunya
spesies yang masih ada dalamfamilia Chanidae (bersama enam genus tambahan dilaporkan
pernah ada namun sudah punah). Dalam bahasa Bugis dan Makassar dikenal sebagai ikan bolu, dan dalam bahasa
Inggris milkfish)
Daerah penyebaran ikan bandeng (Chanos-Chanos
Forskal) sangat luas mulai dari Samudra Hindia sampai ke tepi pantai Amerika.
Dari pantai Afrika sampi ke kepulauan Tuamotu sebelah timur Tahiti dan dari
Jepang Selatan sampai Austrlia Utara. Namun demikian, ikan bandeng kurang
dikenal di masyarakat karena ikan bandeng jarang ditangkap oleh nelayan. Di
Indonesia ikan bandeng banyak terdapat di laut Jawa, Madura, Bali, NTT, Maluku,
Sulaweis,Pulau Buru, Kalimantan, Di Indonesia, Ikan bandeng semula dikenal
sebagai ikan hias di kolam istana Kerajaan Majapahit. Waktu itu,belum dikenal
namanya. Suatu ketika raja menginginkan mencoba rasa daging ikan asing
tersebut. Ternyata gurih dan enak. Sehingga akhirnya raja menitahkan untuk
menangkap ikan bandeng secara besar-besaran. Ikan ini dikonsumsi sangat terbatas
, yaitu bagi kalangan istana. Setelah kerajaan majapahit runtuh,akhirnya para
abdi dalem menyebarluaskan tentang rasa ikan bandeng tersebut, sehingga
akhirnya ikan bandeng dikenal oleh masyarakat umum.
Setelah dikenal, maka permintan
bandeng mengalami peningkatan pada saat itu. Karena semakin meningkat, akhirnya
ikan bandeng tersebut dibudidayakan dalam keramba. Usaha keramba itu ternyata
bias dimanfaatkan sebgaia usaha sampingan bagi para nelayan yang tidak bias
melaut. Keramba-keramba diletakan di tepi pantai. Ikan bandeng dibiarkan dalam
keramba hingga berukuran tiga jari orang dewasa baru dilakukan panen.
Ikan muda disebut nener (IPA : nənər ) dikumpulkan orang
dari sungai-sungai dan dibesarkan di tambak-tambak.
Di sana mereka bisa diberi makanan apa saja dan tumbuh dengan cepat. Setelah
cukup besar (biasanya sekitar 25-30 cm) bandeng dijual segar atau beku. Bandeng
diolah dengan cara digoreng, dibakar, dikukus, dipindang,dipresto, atau diasap
dan masih banyak lagi cara mengolah bandeng yang akhir-akhir ini terus
berkembang pesat..
Ikan bandeng disukai sebagai makanan karena rasanya gurih, rasa
daging netral (tidak asin seperti ikan laut) dan tidak mudah hancur jika
dimasak. Kelemahan bandeng ada dua: dagingnya 'berduri' dan kadang-kadang
berbau 'lumpur'/'tanah'.
Duri bandeng
Duri
bandeng sebenarnya adalah tulang dari bandeng. Duri ini mengganggu
kenikmatan dalam memakandagingnya. Gangguan ini dapat diatasi dengan penggunaan panci bertekanan
tinggi (presto atau autoklaf) dalam waktu tertentu, sehingga duri ini menjadi
lunak dan dapat dihancurkan jika dikunyah.
Bau lumpur
Bau
lumpur pada bandeng banyak dialami pada bandeng yang diambil dari tambak.
Bandeng yang dipelihara di karamba hampir
tidak berbau. Penyebab gejala bau lumpur adalah beberapa plankton Cyanobacteria, terutama dari genus Oscillatoria, Symloca, dan Lyngbia, yang menghasilkan geosmin.
Apabila ikan tinggal di tempat yang kaya geosmin atau memakan plankton ini,
dagingnya akan memiliki cita rasa tanah.
Bau
lumpur dapat diatasi paling tidak dengan dua cara. Cara pertama adalah dengan
memelihara ikan selama 7—14 hari dalam air mengalir bebas biosmin sebelum
dijual. Cara kedua adalah dengan perlakuan pemberian asam tertentu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar